Pendahuluan
Pendekatan sistem sosial lainnya yaitu
pendekatan konflik yang dipelopori oleh David Lockwood bahwa tidak hanya
pendekatan fungsional struktural melainkan ada pendekatan lain yaitu pendekatan
konflik.
Konflik yang dalam bahasa lndonesia
seringkali disebut sebagai pertentangan atau perselisihan dapat terjadi pada
hubungan yang bersifat individual yang terjadi sebagai akibat perilaku atau
perebutan kepentingan masing-masing individu yang bersangkutan. Kepentingan itu
bisa berkenaan dengan harta, kedudukan atau jabatan, kehormatan, dan lain
sebagainya.
Konflik sosial berarti pertentangan antara
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat yang diikat atas dasar suku, ras,
gender, kelompok, status ekonomi, status sosial, bahasa, agama, dan keyakinan
politik dalam suatu interaksi sosial yang bersifat dinamis. Baik dalam
masyarakat homogen maupun dalam masyarakat majemuk konflik sosial merupakan hal
yang biasa terjadi, bahkan menjadi unsur dinamis yang melahirkan berbagai
kreatifitas masyarakat.
Konflik sosial mustahil dihilangkan sama
sekali. Yang harus dicegah adalah konflik yang menjurus pada pengrusakan dan
penghilangan salah satu pihak atau para pihak yang berkonflik. Oleh karena itu
konflik harus dikendalikan, dikelola, dan diselesaikan melalui hukum. Yang
berarti melalui jalan damai (konsensus).
Konflik adalah suatu kenyataan hidup, tidak
terhindarkan dan sering bersifat kreatif. Jika konflik selalu ada, berarti
konflik memang sebenarnya dibutuhkan. Manfaat konflik antara lain membuat
masyarakat menyadari adanya banyak masalah, mendorong ke arah perubahan yang
diperlukan, memperbaiki solusi, menumbuhkan semangat mempercepat perkembangan
pribadi, menambah kepedulian diri, mendorong kedewasaan psikologis dan
menimbulkan kesenangan. (Tjosvold, 2000).
Konflik Suku Agama Ras dan Antar golongan
(SARA) adalah pertentangan yang terjadi dalam masyarakat yang menggunakan
perbedaan suku, agama, ras, atau golongan sebagai alat.
Definisi Konflik
Konflik berasal dari kata kerja latin
configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan
sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok)
dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Anggapan Dasar
Pendekatan konflik (conflic approach)
berpangkal pada pendapat :
1. Setiap
masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak pemah
berakhir, atau perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di dalam setiap
masyarakat.
2. Setiap
masyarakat mengandung konflik di dalam dirinya, konflik merupakan gejala yang
melekat di dalam setiap masyarakat.
3. Setiap
unsur didalam masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya dis-integrasi dan
perubahan sosial.
4. Setiap
masyarakat terintegrasi diatas penguasaan atau dominasi oleh sejumlah orang
atas jumlah orang-orang lain.
Tahapan Konflik
Banyak definisi tentang konflik (Lewis
Coser, Ralf Dahrendorf, Brown dan lain-lain), tetapi yang sementara ini cukup
komprehensif adalah yang dirumuskan oleh Mark R Amstutz, yang melihat konflik
sebagai suatu "continuum", laitu di satu titik ekstrem terdapat
kondisi atau situasi "tak ada masalah/ perbedaan", sementara di titik
ekstrem satunya terdapat kondisi atau situasi yang diwarnai "perbedaan/ ketidakcocokan".
Diantara kedua titik itu terdapat
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. tension,
atau ketegangan;
2. disagreement,
atau ketidaksetujuan/ ketidaksepakatan;
3. rivalry,
atau persaingan;
4. dispute,
atau pertikaian;
5. hostility,
atau permusuhan;
6. aggression,
atant agresi;
7. violence,
atau kekerasan;
8. warfare,atau
peperangan.
Faktor-faktor Penyebab Konflik
1. Perbedaan
individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan atau sikap yang tidak
terkendali oleh akal;
2. Perbedaan
latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda
menyebabkan pertentangan antar kelompok;
3. Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok misalnya ekonomi, politik. dan
sebagainya;
4. Perubahan-perubahan
nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Jenis -jenis Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan
menjadi 4 macam :
1. Konflik
antara atau dalam peran social (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan
dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role)
2. Konflik
antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
3. Konflik
kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
4. Konflik
antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
5. Konflik
antar atau tidak antar agama
6. Konflik
antar politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar