Sabtu, 17 Desember 2016

Identitas yang di Tanamkan Oleh Sekolah



“Generasi Ember Kosong”
Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bemartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut, menunjukan adanya harapan dan tujuan bagi pendidikan Indonesia yang berkarakter agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan  bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan pernah mengatakan bahwa rasa nasionalisme dapat dibangun oleh pendidikan dari orang – orang Indonesia. Dia mengatakan pendidikan yang membentuk rasa kebangsaan itu berakar dari budaya dan ditopang dengan pemahaman negara modern yang di dalamnya terdapat pilar intelektual dan moral. Pernyataan Anies tersebut semakin memperjelas tujuan dan arah pendidikan Indonesia yang menciptaka generasi – generasi nasionalis, namun hal tersebut dihadang atau terlihat terbalik dengan fakta – fakta yang terjadi pada dunia pendidikan Indonesia. Pendidikan hanya sebagai tempat dan alat bagi para kapitalis dan penguasa kekuasaan dalam mengatur skenario dan  alur kehidupan para peserta didik itu sendiri. Pendidikan seakan dibentuk dan bagaikan tempat dimana peserta didik dapat mengembangkan bakat dan minatnya, namun dibalik harapan dan tujuan dari undang – undang tersebut terdapat fungsi Laten yang di atur dan dimanfaatkan oleh para penguasa dan kapitalis. Lalu karakter apakah yang ditanamkan oleh pendidikan Indonesia sebenarnya? Apakah benar – benar menerapkan sistem pendidikan yang sesuai dengan undang – undang yang telah di paparkan sebelumnya atau sebaliknyasisitem dan  undang – undang tersebut hanya menjadi alat untuk para kapitalis mengatur generasi muda Indonesia yang menjadi generasi penunduk kapitalis?
Karakter dan identitas yang sebenarnya dibentuk oleh sistem pendidikan Indonesia adalah karakter peserta didik yang “Ember Kosongdimana “Guru maha benar dan siswa yang tidak tahu apa – apa” pernyataan tersebut menggambarkan bahwa siswa bagaikan membwa Ember yang kosong dari rumah ke sekolah dan diisi oleh air (ilmu dan pengetahuan) tanpa mereka tahu apakah yang diberikan oleh sang guru tersebut benar atau tidak. Selain itu, sistem pendidikan juga tidak membiarkan peserta didik pintar seutuhnya, mengapa demikian? Karena sistem pembelajaran yang mengharuskan peserta didik menguasai ± 10 mata pelajaran. Tentu peserta didik akan kesusahan dimana belum tentu semua pelajaran tersebut di sukai oleh semua siswa, sehingga yang terjadi siswa hanya mempelajari pelajaran tersebut hanya untuk sekedar mengejar nilai semata bukan untuk  mengembangkan pikiranya. Tak hanya kasus tersebut yang dianggap kurang tepat diterapkan oleh sistem pendidikan Negeri ini yaitu dimana siswa hanya untuk sekedar tahu “setengah ilmu” karena tidak ada mata pelajaran yang benar – benar di dalami oleh peserta didik, hal tersebut dikarenakan setiap semester baru maka siswa pun berganti mata pelajaran baru sehingga mata pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya hanya sebatas pengetahuan saja. Selain itu, banyak mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kehidupan peserta didik, misalkan mengapa seorang siswa harus mempelajari rumus matematika sin, cos, tan dsb nya sedangkan dalam kehidupan sehari – hari peserta didik tidak digunakan bahkan tidak ada sama sekali. Pada intinya karakter yang ditanamkan oleh sistem pendidikan Indonesia kepada peserta didik adalah karakter “penunduk”. Penunduk disini adalah generasi yang acuh dan tidak peduli dengan apa yang sebenarnya mereka terima yang sebenarnya banyak yang dijadikan sebagai alat politik bagi oknum – oknum negara untuk kepentingan politiknya. Peserta didik disiapkan untuk menjadi generasi mereka selanjutnya dengan memberikan ideologi – ideologi tertentu yang menjadi dasar pemikiran peserta didik dikemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar