Rabu, 14 Desember 2016

HASIL KONFERENSI DUNIA KEDUA PENDIDIKAN ISLAM 1980

Semua ilmu pengetahuan yang dipelajari sekarang, baik ilmu pengetahuan sosial maupun ilmu pengetahuan alam bersifat empiris. Maksudnya ilmu tersebut didasarkan atas pengalaman – pengalaman indrawi. Namun demikian ada satu jenis ilmu yang tidak mendasarkan diri secara langsung pada pengalaman indrawi, yaitu matematika dan filsafat. Ilmu tersebut di sebut ilmu nonempiris yaitu ilmu yang tidak bermaksud meyelidiki secara sistematis data-data indrawi yang konkret. Karena itulah dalam mempelajari matematika berbeda dengan mempelajari ilmu-ilmu lain. Misalnya saja dalam mempelajari IPA, pengamatan dan percobaan sangat diperlukan karena pada dasarnya ilmu tersebut mendasarkan diri pada hasil-hasil pengamatan, sementara untuk matematika pengamatan dan percobaan langsung kurang diperlukan.
Meskipun matematika tidak mendasarkan diri pada pengalaman-pengalaman indrawi, bukan berarti dia terlepas sama sekali dari tahap indrawi. Ditinjau dari segi historis maupun segi pengalaman tampak bahwa matematika berpangkal dari segi-segi empiris tertentu dari realitas. Obyek utama dari matematika adalah aspek-aspek dan dimensi-dimensi realitas yang diulang yang kemudian disebut aspek kontinu dan aspek kuantitas kontinu dari realitas
Konferensi pendidikan Islam Dunia kedua di Islamabad pada bulan Maret tahun 1980 diselenggarakan oleh Universitas Qaidi Azam dan Universitas Al-Azhar Kairo, Jeddah dan berkerjasama penuh dengan kementrian pemerintah Pakistan. Kongres ini menunjukkan bahwa pendidikan harus merealisasikan cita-cita Islami mencakup pengembangan kepribadian Muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi psikologi dan fisiologi manusia, mengacu kepada keilmuan dan sekaligus berilmu pengetahuan secara berkesinambungan sehingga terbentuklah manusia Muslim yang paripurna dan bertawakkal
Konferensi ini membahas tentang model kurikulum untuk tahap primer didesain dalam rincian walaupun penekananya terutama pada tujuan-tujuan akademis dan perilaku.Untuk tahap menengah prinsip-prinsip yang luas telah pula ditegakkan.bagi tingkat universitas penekanan diberikan terutama reorganisasi “Pendidikan Umum” karena pendidikan itu dianggap merupakan pendidikan dasar yang seharusnya mempersiapkan mahasiswa dengan pendekatan Islam terhadap setiap cabang ilmu pengetahuan.
Sebagai tindak lanjut dari konferensi pertama, konfrensi kedua mencoba menyatukan persefsi tentang system pendidikan yang disusun dalam penyeragaman kurikulum dalam bidang pendidikan Islam. Dalam konfrensi tersebut berhasil merumuskan dua klasifikasi ilmu pengetahuan antara lain:
Pengetahuan Abadi yaitu:(a).al-Qur'an, Sunnah, Sirah Nabi, tauhid, Fiqh, Ushul Fiqh, Bahasa Arab.(b). Bahan-bahan tambahan seperti: Metafisika Islam, Perbandingan Agama, dan kebudayaan Islam. Pengetahuan yang diperoleh, di bagi menjadi sub-kategori, yaitu: (a). Imajinatif, seperti : seni dan arsitektur Islam, bahasa, sastra (b). Ilmu-ilmu Intelektual meliputi : studi-studi social, filsafat, pendidikan, ekonomi, ilmu politik, sejarah peradaban Islam, geografi dan sebagainya. (c). Ilmu-ilmu Alam seperti: fildafat ilmu pengetahuan, matematika, statistik, fisika, kimia, astronomi.(d) Ilmu-ilmu praktis, seperti : ilmu administrasi, ilmu perpustakaan, ilmu komunikasi, dan lain sebagainya.[1][1] Dalam meningkatkan keilmuan, maka berdasarkan konfrensi II dirumuskan tentang penelitian yang terinci dan menghasilkan penelitian terhadap perkembangan psikologi anak yang disebut dengan tingkat I, II, III.
            Dalam artikel ini membahas tentang matematika dalam ilmu pengetahuan menurut konferensi dunia kedua pendidikan islam 1980. Dimana matematika masuk dalam kategori ilmu-ilmu pendidikan alam. Kurikulum yang dibuat pada saat konferensi ini untuk mempersiapkan mahasiswa dengan pendekatan Islam terhadap setiap cabang ilmu pengetahuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar