Semua
ilmu pengetahuan yang dipelajari sekarang, baik ilmu pengetahuan sosial maupun
ilmu pengetahuan alam bersifat empiris. Maksudnya ilmu tersebut didasarkan atas
pengalaman – pengalaman indrawi. Namun demikian ada satu jenis ilmu yang tidak
mendasarkan diri secara langsung pada pengalaman indrawi, yaitu matematika dan
filsafat. Ilmu tersebut di sebut ilmu nonempiris yaitu ilmu yang tidak
bermaksud meyelidiki secara sistematis data-data indrawi yang konkret. Karena
itulah dalam mempelajari matematika berbeda dengan mempelajari ilmu-ilmu lain.
Misalnya saja dalam mempelajari IPA, pengamatan dan percobaan sangat diperlukan
karena pada dasarnya ilmu tersebut mendasarkan diri pada hasil-hasil
pengamatan, sementara untuk matematika pengamatan dan percobaan langsung kurang
diperlukan.
Meskipun
matematika tidak mendasarkan diri pada pengalaman-pengalaman indrawi, bukan
berarti dia terlepas sama sekali dari tahap indrawi. Ditinjau dari segi
historis maupun segi pengalaman tampak bahwa matematika berpangkal dari
segi-segi empiris tertentu dari realitas. Obyek utama dari matematika adalah
aspek-aspek dan dimensi-dimensi realitas yang diulang yang kemudian disebut
aspek kontinu dan aspek kuantitas kontinu dari realitas
Konferensi
pendidikan Islam Dunia kedua di Islamabad pada bulan Maret tahun 1980
diselenggarakan oleh Universitas Qaidi Azam dan Universitas Al-Azhar Kairo,
Jeddah dan berkerjasama penuh dengan kementrian pemerintah Pakistan. Kongres
ini menunjukkan bahwa pendidikan harus merealisasikan cita-cita Islami mencakup
pengembangan kepribadian Muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis
berdasarkan potensi psikologi dan fisiologi manusia, mengacu kepada keilmuan
dan sekaligus berilmu pengetahuan secara berkesinambungan sehingga terbentuklah
manusia Muslim yang paripurna dan bertawakkal
Konferensi
ini membahas tentang model kurikulum untuk tahap primer didesain dalam rincian
walaupun penekananya terutama pada tujuan-tujuan akademis dan perilaku.Untuk
tahap menengah prinsip-prinsip yang luas telah pula ditegakkan.bagi tingkat
universitas penekanan diberikan terutama reorganisasi “Pendidikan Umum” karena
pendidikan itu dianggap merupakan pendidikan dasar yang seharusnya
mempersiapkan mahasiswa dengan pendekatan Islam terhadap setiap cabang ilmu
pengetahuan.
Sebagai tindak lanjut dari
konferensi pertama, konfrensi kedua mencoba menyatukan persefsi tentang system
pendidikan yang disusun dalam penyeragaman kurikulum dalam bidang pendidikan
Islam. Dalam konfrensi tersebut berhasil merumuskan dua klasifikasi ilmu
pengetahuan antara lain:
Pengetahuan Abadi
yaitu:(a).al-Qur'an, Sunnah, Sirah Nabi, tauhid, Fiqh, Ushul Fiqh, Bahasa
Arab.(b). Bahan-bahan tambahan seperti: Metafisika Islam, Perbandingan Agama,
dan kebudayaan Islam. Pengetahuan yang diperoleh, di bagi menjadi sub-kategori,
yaitu: (a). Imajinatif, seperti : seni dan arsitektur Islam, bahasa, sastra
(b). Ilmu-ilmu Intelektual meliputi : studi-studi social, filsafat, pendidikan,
ekonomi, ilmu politik, sejarah peradaban Islam, geografi dan sebagainya. (c).
Ilmu-ilmu Alam seperti: fildafat ilmu pengetahuan, matematika, statistik,
fisika, kimia, astronomi.(d) Ilmu-ilmu praktis, seperti : ilmu administrasi,
ilmu perpustakaan, ilmu komunikasi, dan lain sebagainya.[1][1]
Dalam meningkatkan keilmuan, maka berdasarkan konfrensi II dirumuskan tentang
penelitian yang terinci dan menghasilkan penelitian terhadap perkembangan
psikologi anak yang disebut dengan tingkat I, II, III.
Dalam artikel ini membahas tentang
matematika dalam ilmu pengetahuan menurut konferensi dunia kedua pendidikan
islam 1980. Dimana matematika masuk dalam kategori ilmu-ilmu pendidikan alam. Kurikulum
yang dibuat pada saat konferensi ini untuk mempersiapkan mahasiswa dengan
pendekatan Islam terhadap setiap cabang ilmu pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar